Welcome to my blog :)

Minggu, 17 Februari 2013

Kurelakan Dirimu


“aku rasa ini yang terbaik. Berstatus teman diantara kita. Karena aku memilih Devi” untaian kata yang tepat membuat hati si lawan bicara terenyuh. disandarkan dengan segaris senyum yang terpaksa pada bibir cowok itu. Erik ! yaa Erik namanya.
“tapi……” tak kuasa lisan itu melantunkan nada. Nada yang menunjukkan betapa sedihnya gadis itu. Betapa sedihnya Fanny. Air matanya jatuh dengan derasnya seperti air terjun yang hendak membantingkan tubuhnya pada alas yang empuk.
Pelukan Erik yang singgah dihadapannya, sedikit membuat Fanny terdiam. Mencerna kata-kata apa yang telah diucapkan pacarnya itu. Tapi lebih tepatnya sekarang Erik hanyalah masa lalunya. Erik hanyalah mantannya. Orang yang telah menyemangati Fanny, membantu Fanny, menemani Fanny dikala keadaan apapun. Dan semua itu berlangsung sangat lama, 5 Tahun lamanya. Jelas tak semudah yang diucapkan untuk ‘move-on’ karena itu adalah waktu yang tidak singkat. Apa lagi penyebab kandasnya hubungan mereka adalah orang ketiga. Karna buat aku True love is love which only for two person, and no place for the third person (Cinta sejati adalah cinta yang terdiri dari dua orang saja, dan tak ada tempat untuk orang ketiga). Dengan begitu Fanny merasa sedikit plong, mungkin Erik memang bukan jodohnya.

Pertemuan itu adalah pertemuan terakhir mereka, karena esok Erik akan Kuliah di Paris. Kepergian Erik itu spontan menambah keterpurukan gadis manis itu. Sebelum Erik meninggalkan rumah Fanny, Erik sempat memberikan kotak berbentuk LOVE. Fanny tak tahu apa isi dari kotak itu, saat Fanny ingin membukanya. Jemari Erik menahan dan melantunkan sebuah kalimat “kamu boleh buka kotak itu disaat aku sudah sampai Paris Fan” senyumnya mengembang. Fanny nurut saja dengan apa yang Erik katakana.

♥♥♥

-satu pesan baru-
“aku sudah sampai Fan, kamu bisa buka kotak itu sekarang ataupun kapan”
Bergegas Fanny melangkahkan kaki kecilnya itu menuju lemari dimana tempat singgahnya kotak pemberian Erik. Dibukanya secara perlahan, dan amat sangat terkejut ketika Fanny melihat apa isi kotak itu. Ternyata sebuah gelang, yaaa itu adalah gelang Fanny yang tanpa Fanny sadari telah hilang dari pergelangan tangannya. Dan terdapat sepucuk surat disana, berisikan “pasti kamu tidak sadar jika kamu telah kehilangan gelang ini. Tapi aku harap kamu akan selalu sadar bahwa aku saying sekali padamu”. Airmatanya berlinang membasahi pipinya yang merah itu. Tangisnya pecah hingga membasahi semua muka bulatnya. Fanny bantingkan badannya pada kasur dikamarnya dan mencoba meredamkan tangisnya. Namun semua usahanya sia-sia. Alhasil Fanny ketiduran dalam keadaan tangis yang memilukan.
Setelah kejadian itu, keadaan Fanny semakin tidaklah stabil. Karena Fanny sering bengong tanpa sebab yang pasti. Hingga suatu hari Fanny bertemu dengan seorang cowok, Beni namanya. Cowok dengan tinggi 180 itu mampu membuat hidup Fanny kembali berwarna dan berarti. Seperti ini cerita awal pertemuan mereka.

♥♥♥

Jam menunjukkan pukul 08.00. seperti biasa Fanny sedang berada disebuah Café langganannya. Sedang asyik duduk dan menikmati dunianya. Yaa karena saat ini dia sedang bengong. Ketika dia tersadar ternyata minuman yang diberikan padanya salah, sontak dia panggil pelayan yang ada di café itu tetapi tak ada yang menghampiri mejanya. Dengan kesal dia terbangun dan membawa gelas yang berisi moccacino coffee itu menabrak sesuatu #BRUUUUKK…….
“maaf maaf mas maaf” dengan gelagapan Fanny mencari sesuatu yang mungkin dapat ia pergunakan untuk membersihkan jas abu-abu cowok itu. Cowok itu hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkah laku Fanny yang sangatlah lucu menurutnya. Karna merasa sangat bersalah, Fanny menawarkan sebuah traktiran untuk menebus semua kesalahannya. Awalnya Beni tidak mempermasalahkan hal sepele itu namun akhirnya ia mau untuk ditraktir Fanny. Mereka berbincang dan semakin akrab. Beni adalah cowok yang memiliki wawasan luas. Bahkan jika Fanny tak tahu apa yang sedang dibicarakan Beni, dia hanya tersenyum.

♥♥♥

#1 TAHUN BERLALU
Kuliah mereka telah usai. Dan masing-masing telah bekerja disuatu perusahaan yang berbeda. Namun hubungan mereka masih tetap baik.
Dan satu tahun itu adalh usia hubungan mereka, yaa karena setelah pertemuan itu mereka menjalin sebuah ikatan yang memang awalnya Fanny sedikit takut untuk jatuh cinta. Menurutnya, cinta bukanlah tidak tepat waktu, hanya mungkin dia terjebak macet diantara hati-hati yang ada disekitarnya. Perlahan tapi pasti Fanny sangatlah bahagia. Hubungan mereka sangatlah mulus walau terkadang terjadi perdebatan-perdebatan kecil.
Hingga suatu malam saat Fanny pulang kantor, melangkah menuju gerbang. “fan” suara itu dating dari balik punggungku, spontan kutengok untuk memastikan apa ada barang yang mungkin aku lupa untuk membawanya. Amat sangat terkejutnya raut wajah Fanny saat melihat siapa yang telah memanggil namanya itu. “Eriiik…” perlahan senyumnya mengembang, semakin lebar dan menunjukkan betapa bahagianya Fanny bisa bertemu cowok yang dulu pernah mengisi kekosongan hari-harinya itu. Dia berlari dan memeluk cowok itu dengan erat seolah tak ingin kehilangan cowok itu untuk kedua kalinya. “kapan pulang? Ko ngga ngabar-ngabarin Rik? Gimana kabarnya?” sambil melepas pelukannya. “udah dari kemarin sih hehe kan mau bikin surprise buat kamu Fan. Aku baik ko. Oyaa Fan aku mau ngomong sesuatu sama kamu” langsung dijawabnya “boleh, ngomong aja. Pake acara Tanya segala Rik”. Seketika suasana malam itu semakin menghening, suara jangkrik tidaklah lagi terdengar ditelinga keduanya. Tangan Erik meraih jemari-jemari mungil Fanny. “aku sudah putus dengan Devi. Dan kamu tahu apa alas an aku? KAMU. Kamu alasannya Fan. Heeem… apa kamu mau lagi balik kepelukan aku?”. Fanny terdiam menatap raut wajah cowok itu yang mimic mukanya seolah menginginkan jawaban YA dari gadis itu.
“Yaaaang…” suara itu membuyarkan lamunannya, dating seorang cowok menghampiri dua sejoli yang dulu pernah menjalin hubungan. “kenalin Rik ini Beni. Pacarku. Kenalin yaaaang ini Erik” yaa cowok yang baru saja dating adalah Beni. Pacar Fanny sekarang. “oh ini Erik yang suka kamu ceritain ke aku itu ya sayang?”  senyuman Erik timbul dengan beribu pertanyaan dalam benaknya. keningnya mengernyit saat itu. Jarak Erik dengan Fanny saat ini teramat dekat. Namun Erik merasa bahwa dia tak dapat memiliki gadis manis itu *lagi*. Beni dan Fannypun berlalu. Malam yang membuat hati Fanny bimbang itu berlalu begitu saja. Dengan beribu prtanyaan yang samapun muncul dalam benaknya.

♥♥♥

Setiap Erik melihat Fanny yang sedang bersama Beni, pacarnya Fanny. Langsung dipalingkanlah kepalanya seolah tak melihat apa yang telah terjadi. Saat itu pula Fanny melihat kearah Erik yang tengah berlalu melewatinya. Beni tersadar bahwa Fanny, pacarnya itu. Sudah tidak lagi seperti Fanny yang dulu, sebelum dia bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Namun Beni mencoba menepis fikiran negative itu. Tapi siapa yang tahan jika selalu seperti itu? Seolah kuat dengan apa yang telah terjadi. Melihat Fanny yang cuek, Fanny yang sering bengong, Fanny yang selalu menatap lekat saat dia lihat Erik dihadapannya, Fanny yang kehilangan tawanya, Fanny yang selalu mencoba bahagia bersama Beni. Cinta bukan tidak tepat waktu, hanya saja cinta ingin memberika kita kesempatan apakah kita ingin melihat kebelakang. Yaa kemasalalu.
Perasaan Beni campur aduk, antara saying, cinta, kesal, marah, aneh, saying, rindu akan Fanny yang dulu serta bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Hingga suatu saat Beni beranikan diri untuk memastikan hubungan mereka itu.
Saat Fanny sedang asyik mengetikan kata-kata romantic pada artikelnya di taman. Beni dating menghampirinya.
“hey”
“eh kamu sayang” segaris senyum melintas dibibir Fanny.
“artikel kamu bagus yah. Kata-katanya romantic untuk sebuah penantian” dengan senyum simpul diujung bibirnya
“kamu sudah baca ya?”
“tapi sayang yah bukan buat aku”
“apa sih kamu sayaaang. itukan special buat kamu” fanny meraih tangan pacarnya itu.
“itu bukan buat aku. Hhhmmm…….. Lebih baik kita putus yah. Buat apa kita jalanin hubungan ini jika kamu masih mengharapkan seseorang yang telah lebih dulu menyanyangi kamu sebelum aku”
Fanny terdiam. Perlahan air matanya terjatuh.
“apa aku boleh menambahkan sebuah ending dalam artikel kamu itu?” lagi-lagi ucapannya sontak membuat Fanny membisu.
Fanny hanya mengangguk ragu.
“cinta akan datang TEPAT PADA WAKTUNYA. Karena cinta tidak pernah salah. Yakinlah pada kata hatimu. Karena cinta bukan nafsu melainkan perasaan yang tak patut disalahkan. dan anggaplah perpisahan kita adalah sebuah kesedihan yang manis”

♥♥♥

Dengan sangat terpaksa Beni melepaskan wanita yang sangat ia sayangi itu demi menggapai kebahagiaannya bersama Erik, yaa mantan pacarnya itu. Karena Beni yakin jika cinta bukanlah tidak tepat waktu hanya mungkin dia sedang amnesia mendadak yang membuat cinta tidak tahu harus melangkah kehati yang seperti apa. Percayalah bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang lebih baik dari apa yang pernah hilang dari diri kita.


Tidak ada komentar: