“aku rasa ini yang terbaik. Berstatus teman diantara kita. Karena
aku memilih Devi” untaian kata yang tepat membuat hati si lawan bicara
terenyuh. disandarkan dengan segaris senyum yang terpaksa pada bibir cowok itu.
Erik ! yaa Erik namanya.
“tapi……” tak kuasa lisan itu melantunkan nada. Nada yang
menunjukkan betapa sedihnya gadis itu. Betapa sedihnya Fanny. Air matanya jatuh
dengan derasnya seperti air terjun yang hendak membantingkan tubuhnya pada alas
yang empuk.
Pelukan Erik yang singgah dihadapannya, sedikit membuat
Fanny terdiam. Mencerna kata-kata apa yang telah diucapkan pacarnya itu. Tapi lebih
tepatnya sekarang Erik hanyalah masa lalunya. Erik hanyalah mantannya. Orang
yang telah menyemangati Fanny, membantu Fanny, menemani Fanny dikala keadaan
apapun. Dan semua itu berlangsung sangat lama, 5 Tahun lamanya. Jelas tak
semudah yang diucapkan untuk ‘move-on’ karena itu adalah waktu yang tidak
singkat. Apa lagi penyebab kandasnya hubungan mereka adalah orang ketiga. Karna
buat aku True love is love which only for
two person, and no place for the third person (Cinta sejati adalah cinta yang
terdiri dari dua orang saja, dan tak ada tempat untuk orang ketiga). Dengan
begitu Fanny merasa sedikit plong, mungkin Erik memang bukan jodohnya.
Pertemuan itu adalah pertemuan terakhir mereka, karena esok
Erik akan Kuliah di Paris. Kepergian Erik itu spontan menambah keterpurukan
gadis manis itu. Sebelum Erik meninggalkan rumah Fanny, Erik sempat memberikan
kotak berbentuk LOVE. Fanny tak tahu apa isi dari kotak itu, saat Fanny ingin
membukanya. Jemari Erik menahan dan melantunkan sebuah kalimat “kamu boleh buka
kotak itu disaat aku sudah sampai Paris Fan” senyumnya mengembang. Fanny nurut
saja dengan apa yang Erik katakana.
♥♥♥
-satu pesan baru-
“aku sudah sampai Fan,
kamu bisa buka kotak itu sekarang ataupun kapan”
Bergegas Fanny melangkahkan
kaki kecilnya itu menuju lemari dimana tempat singgahnya kotak pemberian Erik. Dibukanya
secara perlahan, dan amat sangat terkejut ketika Fanny melihat apa isi kotak
itu. Ternyata sebuah gelang, yaaa itu adalah gelang Fanny yang tanpa Fanny
sadari telah hilang dari pergelangan tangannya. Dan terdapat sepucuk surat
disana, berisikan “pasti kamu tidak sadar jika kamu telah kehilangan gelang
ini. Tapi aku harap kamu akan selalu sadar bahwa aku saying sekali padamu”. Airmatanya
berlinang membasahi pipinya yang merah itu. Tangisnya pecah hingga membasahi
semua muka bulatnya. Fanny bantingkan badannya pada kasur dikamarnya dan
mencoba meredamkan tangisnya. Namun semua usahanya sia-sia. Alhasil Fanny
ketiduran dalam keadaan tangis yang memilukan.
Setelah kejadian itu,
keadaan Fanny semakin tidaklah stabil. Karena Fanny sering bengong tanpa sebab
yang pasti. Hingga suatu hari Fanny bertemu dengan seorang cowok, Beni namanya.
Cowok dengan tinggi 180 itu mampu membuat hidup Fanny kembali berwarna dan
berarti. Seperti ini cerita awal pertemuan mereka.
♥♥♥
Jam menunjukkan pukul 08.00. seperti biasa Fanny sedang
berada disebuah Café langganannya. Sedang asyik duduk dan menikmati dunianya. Yaa
karena saat ini dia sedang bengong. Ketika dia tersadar ternyata minuman yang
diberikan padanya salah, sontak dia panggil pelayan yang ada di café itu tetapi
tak ada yang menghampiri mejanya. Dengan kesal dia terbangun dan membawa gelas
yang berisi moccacino coffee itu menabrak sesuatu #BRUUUUKK…….
“maaf maaf mas maaf” dengan gelagapan Fanny mencari sesuatu
yang mungkin dapat ia pergunakan untuk membersihkan jas abu-abu cowok itu. Cowok
itu hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat tingkah laku Fanny yang sangatlah
lucu menurutnya. Karna merasa sangat bersalah, Fanny menawarkan sebuah
traktiran untuk menebus semua kesalahannya. Awalnya Beni tidak mempermasalahkan
hal sepele itu namun akhirnya ia mau untuk ditraktir Fanny. Mereka berbincang
dan semakin akrab. Beni adalah cowok yang memiliki wawasan luas. Bahkan jika
Fanny tak tahu apa yang sedang dibicarakan Beni, dia hanya tersenyum.
♥♥♥
#1 TAHUN BERLALU
Kuliah mereka telah usai. Dan masing-masing telah bekerja
disuatu perusahaan yang berbeda. Namun hubungan mereka masih tetap baik.
Dan satu tahun itu adalh usia hubungan mereka, yaa karena
setelah pertemuan itu mereka menjalin sebuah ikatan yang memang awalnya Fanny
sedikit takut untuk jatuh cinta. Menurutnya, cinta bukanlah tidak tepat waktu,
hanya mungkin dia terjebak macet diantara hati-hati yang ada disekitarnya. Perlahan
tapi pasti Fanny sangatlah bahagia. Hubungan mereka sangatlah mulus walau
terkadang terjadi perdebatan-perdebatan kecil.
Hingga suatu malam saat Fanny pulang kantor, melangkah
menuju gerbang. “fan” suara itu dating dari balik punggungku, spontan kutengok
untuk memastikan apa ada barang yang mungkin aku lupa untuk membawanya. Amat sangat
terkejutnya raut wajah Fanny saat melihat siapa yang telah memanggil namanya
itu. “Eriiik…” perlahan senyumnya mengembang, semakin lebar dan menunjukkan
betapa bahagianya Fanny bisa bertemu cowok yang dulu pernah mengisi kekosongan
hari-harinya itu. Dia berlari dan memeluk cowok itu dengan erat seolah tak
ingin kehilangan cowok itu untuk kedua kalinya. “kapan pulang? Ko ngga
ngabar-ngabarin Rik? Gimana kabarnya?” sambil melepas pelukannya. “udah dari
kemarin sih hehe kan mau bikin surprise buat kamu Fan. Aku baik ko. Oyaa Fan
aku mau ngomong sesuatu sama kamu” langsung dijawabnya “boleh, ngomong aja. Pake
acara Tanya segala Rik”. Seketika suasana malam itu semakin menghening, suara
jangkrik tidaklah lagi terdengar ditelinga keduanya. Tangan Erik meraih
jemari-jemari mungil Fanny. “aku sudah putus dengan Devi. Dan kamu tahu apa alas
an aku? KAMU. Kamu alasannya Fan. Heeem… apa kamu mau lagi balik kepelukan aku?”.
Fanny terdiam menatap raut wajah cowok itu yang mimic mukanya seolah
menginginkan jawaban YA dari gadis itu.
“Yaaaang…” suara itu membuyarkan lamunannya, dating seorang
cowok menghampiri dua sejoli yang dulu pernah menjalin hubungan. “kenalin Rik
ini Beni. Pacarku. Kenalin yaaaang ini Erik” yaa cowok yang baru saja dating adalah
Beni. Pacar Fanny sekarang. “oh ini Erik yang suka kamu ceritain ke aku itu ya sayang?” senyuman Erik timbul dengan beribu pertanyaan
dalam benaknya. keningnya mengernyit saat itu. Jarak Erik dengan Fanny saat ini teramat dekat. Namun Erik
merasa bahwa dia tak dapat memiliki gadis manis itu *lagi*. Beni dan Fannypun
berlalu. Malam yang membuat hati Fanny bimbang itu berlalu begitu saja. Dengan beribu
prtanyaan yang samapun muncul dalam benaknya.
♥♥♥
Setiap Erik melihat Fanny yang sedang bersama Beni, pacarnya
Fanny. Langsung dipalingkanlah kepalanya seolah tak melihat apa yang telah
terjadi. Saat itu pula Fanny melihat kearah Erik yang tengah berlalu
melewatinya. Beni tersadar bahwa Fanny, pacarnya itu. Sudah tidak lagi seperti
Fanny yang dulu, sebelum dia bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Namun Beni
mencoba menepis fikiran negative itu. Tapi siapa yang tahan jika selalu seperti
itu? Seolah kuat dengan apa yang telah terjadi. Melihat Fanny yang cuek, Fanny
yang sering bengong, Fanny yang selalu menatap lekat saat dia lihat Erik
dihadapannya, Fanny yang kehilangan tawanya, Fanny yang selalu mencoba bahagia
bersama Beni. Cinta bukan tidak tepat waktu, hanya saja cinta ingin memberika
kita kesempatan apakah kita ingin melihat kebelakang. Yaa kemasalalu.
Perasaan Beni campur aduk, antara saying, cinta, kesal,
marah, aneh, saying, rindu akan Fanny yang dulu serta bingung dengan apa yang
harus ia lakukan. Hingga suatu saat Beni beranikan diri untuk memastikan
hubungan mereka itu.
Saat Fanny sedang asyik mengetikan kata-kata romantic pada
artikelnya di taman. Beni dating menghampirinya.
“hey”
“eh kamu sayang” segaris senyum melintas dibibir Fanny.
“artikel kamu bagus yah. Kata-katanya romantic untuk sebuah
penantian” dengan senyum simpul diujung bibirnya
“kamu sudah baca ya?”
“tapi sayang yah bukan buat aku”
“apa sih kamu sayaaang. itukan special buat kamu” fanny
meraih tangan pacarnya itu.
“itu bukan buat aku. Hhhmmm…….. Lebih baik kita putus yah. Buat
apa kita jalanin hubungan ini jika kamu masih mengharapkan seseorang yang telah
lebih dulu menyanyangi kamu sebelum aku”
Fanny terdiam. Perlahan air matanya terjatuh.
“apa aku boleh menambahkan sebuah ending dalam artikel kamu
itu?” lagi-lagi ucapannya sontak membuat Fanny membisu.
Fanny hanya mengangguk ragu.
“cinta akan datang TEPAT PADA WAKTUNYA. Karena cinta tidak
pernah salah. Yakinlah pada kata hatimu. Karena cinta bukan nafsu melainkan
perasaan yang tak patut disalahkan. dan anggaplah perpisahan kita adalah sebuah
kesedihan yang manis”
♥♥♥
Dengan sangat terpaksa Beni melepaskan wanita yang sangat ia
sayangi itu demi menggapai kebahagiaannya bersama Erik, yaa mantan pacarnya
itu. Karena Beni yakin jika cinta bukanlah tidak tepat waktu hanya mungkin dia
sedang amnesia mendadak yang membuat cinta tidak tahu harus melangkah kehati
yang seperti apa. Percayalah bahwa Tuhan telah merencanakan sesuatu yang lebih
baik dari apa yang pernah hilang dari diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar